Kamis, 05 Februari 2009

Kisah 10 Jt (2)

Minggu ini akan terasa alot bagiku, saya yakin dengan sisa uang yang masih tersimpan target penyelesaian pekerjaan 1 unit rumah hingga akhir bulan bakal tercapai. Walaupun begitu saya tetap tak mampu untuk membuat rencana minggu depannya. Saya hanya bisa berharap kepada Allah semoga Dia menyimpan misteri baik untukku dan untuk kami semua setelah minggu ini. Hanya itu dalam pikiran saya sekarang dan sepertinya saya akan menghadapi situasi yang lain minggu depan.
Hari senin, selasa,rabu tidak ada masalah yang berarti, tetapi hari Kamis, pagar yang telah saya pesan telah tiba, lebih cepat dari waktu yang saya perkirakan. Artinya saya sudah harus mempersiapkan pembayarannya.Untunglah dananya sudah termasuk dalam 10 jt itu. Hari Jum'at saya sedikit cemas karena hujan tidak berhenti, sementara masih ada beberapa pekerjaan yang belum terselesaikan, tapi saya sangat yakin dengan kemampuan tukang saya. Dalam kebimbangan itu tiba2 tukang kuseng datang (saya masih punya utang sama beliau Rp 1 jt), duh bagaimana ini? bukankah dana yang siap hanya untuk bayar material, bayar uang pagar dan bayar upah tukang besok?. Sebenarnya sisanya masih ada kurang lebih 1 jt yang bisa diberikan ke tukang kuseng, tapi asisten saya kan juga butuh gaji, bukankah besok tanggal 31 januari? ya waktu gajian bagi asisten saya. Dengan senyum berat aku menemui tukang kuseng dan menanyakan kabarnya. Ternyata dia datang bukan untuk menagih saya, tetapi minta pekerjaan pembuatan daun pintu dan jendela di salah satu bangunan saya. Saya katakan bahwa memang saya sengaja untuk tdk memesannya dengan alasan kondisi keuangan yang kurang baik. Akan tetapi dia bilang kalau dia datang untuk mengukur kuseng pintu dan jendela karena anak buahnya sekarang ini tidak ada pekerjaan. Saya jadi berpikir keras, saya kan tidak ada uang lagi untuk membayar ongkosnya dan tukang saya minggu depan juga malah akan saya hentikan untuk sementara. Tetapi karena diamendesak maka saya pun mempersilahkan dia untuk mengukur dan mengerjakan daun pintu dan kuseng itu, dengan harapan dia bisa mengerti akan kondisi saya. Saya mohon semoga Allah swt juga memberi kami rezeki agar tukang saya juga dapat terus bekerja sama seperti tukang kuseng itu. Hari Sabtu saatnya membayar upah tukang. Alhamdulillah pekerjaan terselesaikan, asisten saya pun menyiapkan daftar upah tukang, dan untuk pembayaran material hari itu. Setelah dihitung berulang kali, ternyata Upah Tukang kekurangan Rp 62 Rb, sementara material kurang Rp 32 Rb. Saat itu uanag di dompet sudah tidak ada lagi. Coba mencari dilaci mobil, ya saya dapat 30Rb, masih kurang 2 rb, cari lagi, akhirnya dapat juga 1000 ditempat kunci2 dan 1000 dari kantong celana. Alhamdulillah ongkos material hari itu tercukupi. Tetapi Upah Tukang masih kurang. Saya termangu sebentar lalu tiba2 asisten saya mengatakan kalau salah seorang tukang yang 3 hari ini tidak masuk kerja, telah titip pesan kepada dia agar gajinya di potong sama persis dengan jumlah kekurangan gaji hari itu karena tukang tersebut memiliki hutang kepada asisten saya minggu lalu. Subhanallah, hari itu saya pulang ke rumah dengan Labolong (nama mobil saya)hanya dengan 1 uang coin Rp 200. Dalam perjalanan pulang ke rumah, saya tersenyum dan merasa geli membayangkan tingkah saya sendiri akhir2 ini, yang slalu cemas dan sedikit pesimis akan kondisi keuangan usaha saya. Ternyata Allah selalu hadir pada saat yang tepat. Uang sepuluh juta itupun habis setelah saya menyerahkan upah kepada tukang pagar dan gaji asisten saya. Dan minggu ini tukang saya liburkan karena hujan yang terus menerus, {tidak efektif bekerja pada siatuasi seperti ini) dan memang saat ini saya sama sekali tidak memiliki uang untuk mengongkosi proyek saya lagi. Berakhirlah kisah 10 juta itu seiring dengan habisnya uang saya. kecuali 1 coin Rp 200,-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TANGGAPAN PEMBACA